TARIAN KHAS ACEH
1.
TARI SEUDATI
Seudati berasal dari kata yahadatin yang mengandung mana
pernyataan atau penyerahan diri memasuki agama Islam dengan mengucapkan dua
kalima syahadat. Tari Seudati dimainkan oleh 8 orang laki - laki atau 2 orang
aneuk syeh (Syahie) yang bertugas mengiringi tarian dengan syair dan lagu.
Seluruh gerakan dari seudati berada dibawah pimpinan seorang syeh seudati.
Musik dalam tarian seudati hanya berupa bunyi yang
ditimbulkan dari hentakkan kaki kritipan jari penari dan tepukan dada yang
diselingi dengan irama syair lagu dari anak. syeh. Didalam tarian seudati jelas
tergambar semangat perjuangan dan kepahlawanan serta sikap kebersamaan dan persatuan
dengan gerakan lincah dan dinamis.
Tarian seudati pada saat ini selain berfungsi sebagai
hiburan rakyat juga merupakan simbol kekayaan seni budaya Aceh Utara sekaligus
sebagai media penyampaian pesan - pesan pembangunan kepada masyarakat. Tarian
ini juga sering dipertandingkan dikenal dengan istilah Seudati Tunang yang
kadang-kadang berlangsung sampai menjelang subuh.
2.
TARI POH KIPAH
Tari Poh Kipah merupakan seni tari tradisional Aceh Utara
yang menunjukkan gerakan - gerakan memukul kipas dengan rytme yang unik dan
mengagumkan. Kipas yang digunakan dalam tarian ini adalah kipas yang dijalin
khusus, terbuat dari pelepah pinang yang terdiri dari 3 atau 4 lapis yang
menimbulkan bunyi yang nyaring dengan berbagai tepukan yang bervariasi sesuai
dengan irama gerak dan lagu yang dibawakan.Tari Poh Kipah ini mengandung pesan
- pesan keagamaan dan pembangunan dan lazimnya disajikan pada saat memperingati
kelahiran Rasulullah SAW (Maulid Nabi) dan hari besar Islam lainnya.
3. BIOLA ACEH
Kesenian biola ini telah cukup lama berkembang di Aceh
Utara, setelah berkembangnya tari seudati, kesenian biola Aceh Utara pada saat
ini telah menjadi satu jenis hiburan rakyat yang sangat diminati. Kesenian ini
dimainkan oleh 3 orang pria, masing - masing 1 orang bertindak sebagai violis
yang disebut syeh, sekaligus merangkap sebagai vokalis. dua orang lagi
berfungsi sebagai penari dan pelawak yang berperan sebagai linto baro dan dara
baro (suami isteri) yang melakukan gerak tari dan banyolan sesuai dengan irama.
Ciri khas kesenian ini adalah tarian, cerita (dialog) dan
berbalas pantun dengan ungkapan-ungkapan yang lucu menggelikan dan penuh humor
serta warna-warni pakaian yang kontras membuat kesenian ini benar-benar
mengasyikkan.
4.
RAPAI PASAI (ZIKIR)
Diperagakan dengan alunan syair - syair yang agamais dan
sakral dengan komposisi rapai kecil di depan dan rapai ukuran besar digantung
dibelakang. Rapai - rapai kecil sebagai pendukung, seluruh permainannya
berbaris melengkung dengan pakaian yang khas yang dipimpin oleh seorang
khalifah dengan penyajian syair yang sinkron dengan irama tabuhannya.
5. RAPAI DABOH (DEBUS)
Penampilan rapai daboih, titik utamanya adalah pada
kemahiran spritual dalam menggunakan senjata tajam dengan berbagai ketangkasan
yang cukup menegangkan dan mendebarkan. Pada rapai daboh yang dipertandingkan
(Urouh) setiap pihak minimal satu kuru (12 rapai) dan maksimal 5 kuru (60 buah
rapai). Pihak-pihak yang bertanding membentuk lingkaran dan diatara kedua pihak
dibuat tanda batas. Ditengah - tengah pemain ada seorang khalifah mengangkat
tangan tinggi - tinggi, terdengarlah teriakan melengking yang diikuti dengan
suara tabuhan, secara serentak, yang dilanjutkan dengan zikee (salam selamat
datang).
Pada saat - saat pukulan rapai dimulai cepat, tampilan para
pemain debus dengan kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan
senjata tajam dan membakar diri dengan api yang membuat setiap penonton menahan
nafas. Apabila ada pemain debus yang mengalami cedera atau luka dalam atraksi
tersebut, (karena kesalahan dalam memukul rapai, atau pihak lain yang ingin
mencoba ketinggian ilmunya) Khalifah akan segera turun tangan, dengan hanya
menyapu bagian yang terluka dengan tangan khalifah, darah akan segera berhenti
mengalir dan dengan serta merta luka itupun lenyap seketika.
Pertunjukan bercanda dengan maut ini biasanya berlangsung
sampai dini hari atau menjelang subuh.
6.
RAPAI LAGEE
Kesenian rapai tradisional ini berasal dari Kandang
Kecamatan Muara Dua dan Paya Bakong Kecamatan Matangkuli yang biasanya
ditampilkan pada upacara-upacara adat, upacara resmi pemerintah serta pada
hari-hari besar Islam dan sebagai hiburan rakyat yang bersifat sosial.
Pertunjukan rapai ini dipimpin oleh syeh yang duduk berbaris diantara 12 prang
penabuh, dengan pakaian khas rapai yang berwarna kontras. Lagu atau syair yang
dibawakan menyerupai syair seudati yang bertujuan untuk membangkitkan semangat
patriotisme, persatuan, gotong royong serta diiringi dengan pantun jenaka dan
terkadang romantis, namun tetap bernuansa agamais.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar